Pencapaian ke-12 kali tersebut, menjadi bukti nyata konsistensi perusahaan dalam menjaga kepatuhan terhadap regulasi lingkungan sekaligus mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam setiap proses bisnisnya.
Presiden Direktur GRP, Fedaus menyampaikan, pencapaian tersebut tidak lepas dari kontribusi kolektif seluruh tim GRP yang konsisten menjaga standar tinggi dalam pengelolaan lingkungan.
“Penghargaan ini menjadi pengingat bahwa keberhasilan industri tidak hanya diukur dari skala bisnis. Tetapi, juga dari seberapa besar kontribusi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan,” jelas Fedaus, Selasa (15/4/2025).
PROPER atau Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan program evaluasi tahunan Kementerian Lingkungan Hidup yang menilai kepatuhan perusahaan terhadap peraturan lingkungan hidup.
Penilaian mencakup aspek-aspek krusial seperti pengelolaan perizinan lingkungan, pengendalian pencemaran air dan udara, pengelolaan limbah B3 dan non-B3, hingga implementasi dokumen lingkungan seperti AMDAL dan UKL-UPL secara menyeluruh.
Selama lebih dari dua dekade, PROPER menjadi instrumen penting dalam mendorong dunia usaha untuk tidak sekadar taat aturan, tetapi juga menjadi pelaku aktif transformasi menuju industri yang lebih hijau dan bertanggung jawab.
”Ribuan perusahaan dievaluasi setiap tahun. Namun, hanya sebagian yang mampu mempertahankan konsistensi seperti GRP. Ini kebanggaan sekaligus tantangan buat kami,” lanjut Fedaus.
Tidak hanya PROPER, perusahaan, imbuh Fedaus, juga terus memperluas kiprahnya sebagai pelaku industri yang berorientasi pada masa depan rendah karbon.
Baru-baru ini, GRP memperoleh Standar Industri Hijau dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, sebuah tolok ukur nasional dalam mewujudkan efisiensi energi, pengurangan emisi, dan peningkatan daya saing industri berkelanjutan.
Sebagai bentuk transparansi terhadap dampak lingkungan dari produk-produknya, GRP juga telah memperoleh Environmental Product Declaration (EPD) untuk pasar ekspor.
Sertifikasi ini mengafirmasi keterbukaan GRP dalam melaporkan jejak karbon dan siklus hidup produk baja sesuai standar internasional.
Sementara untuk pasar domestik, GRP menerima sertifikasi Green Label Indonesia dari Green Product Council Indonesia (GPCI) sebagai pengakuan atas produk-produk yang memenuhi kriteria ramah lingkungan.
“Capaian ini mencerminkan arah transformasi kami sebagai perusahaan baja modern yang tidak hanya efisien dan kompetitif, tetapi juga bertanggung jawab terhadap lingkungan,” lanjut Fedaus.
Menurutnya, GRP akan terus berinovasi dalam hal efisiensi energi, serta penerapan teknologi rendah karbon untuk mendukung target nasional menuju net zero emission.
“Keberlanjutan bukan sekadar tujuan. Tetapi, juga jalan yang kami pilih untuk terus tumbuh dan memberikan dampak positif, baik bagi lingkungan, masyarakat, maupun masa depan industri baja Indonesia,” tutup Fedaus.
Pengamat ekonomi lingkungan IPB University, Aceng Hidayat, mengapresiasi komitmen GRP terhadap lingkungan dan keberlanjutan.
”PT Gunung Raja Paksi Tbk merupakan contoh industri yang sangat peduli dan komit terhadap lingkungan. Bisa dikategorikan sebagai green industry. Saya harap, akan banyak lagi industri-industri lain yang juga komit terhadap lingkungan,” kata Aceng.
Menurut Aceng, kepatuhan lingkungan dan peran aktif GRP dalam industri hijau, juga merupakan investasi untuk meningkatkan daya saing di masa mendatang. Terlebih karena pasar global memang sangat concern terhadap lingkungan.
”Daya saing semakin meningkat. Industri hijau yang menerapkan keberlanjutan dan berkomitmen pada pengurangan emisi karbon, akan mendapatkan pasar sendiri,” kata Aceng.
Karena itulah Aceng juga optimistis, GRP akan leading dalam dua hal. Pertama, lanjutnya, dalam arti bahwa perusahaan mendorong sustainability secara ekologi.
”Kedua, perusahaan juga meng-create keberlanjutan secara bisnis. Makanya, industri seperti GRP akan dicari pasar luar negeri, termasuk Eropa. Ini luar biasa,” pungkas Aceng.
PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) adalah anggota dari Gunung Steel Group, salah satu perusahaan baja swasta terbesar di Indonesia. Didirikan pada tahun 1970 di Medan, Sumatera Utara, perusahaan kami memulai bisnis dengan memproduksi baja panas, secara bertahap memproduksi balok dan lembaran baja. Pada tahun 1991, PT Gunung Naga Mas berubah menjadi PT Gunung Raja Paksi (GRP). GRP berlokasi di Cikarang Barat, Provinsi Jawa Barat, Indonesia, dengan luas area lebih dari 200 hektar.
Dengan pengalaman lebih dari 50 tahun di industri baja, GRP memiliki kapasitas produksi 1.200.000 ton baja rendah karbon dan berkualitas tinggi setiap tahun-nya yang disertifikasi oleh organisasi sertifikasi lokal maupun internasional. Aktivitas GRP sejalan dengan standar internasional seperti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), Global Reporting Initiative (GRI), dan Prinsip-prinsip Responsible Steel.
GRP didukung tenaga kerja yang berdedikasi dan nilai-nilai perusahaan yang kuat. Perusahaan ini meluncurkan Buku Panduan Strategi ESG pada Oktober 2022 untuk memandu strategi bisnis perusahaan, dan diikuti dengan Net Zero Roadmap pada Februari 2023.
Alfiyan