Untuk menjaga kualitas udara dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, GRP secara konsisten melakukan penghijauan di seluruh area pabrik. Hingga akhir tahun 2023, GRP telah menanam lebih dari 9.000 pohon dari 78 varietas.
HaBe Plus, Bekasi - Pakar ekologi dan manajemen lanskap IPB
University, Profesor Hadi Susilo Arifin menilai positif terhadap PT Gunung Raja
Paksi Tbk (GRP). Selain karena tahun ini kembali meraih penghargaan PROPER Biru
untuk ke-12 kali, juga karena GRP dinilai menerapkan prinsip keberlanjutan dan
ekonomi sirkular. Termasuk inovasi teknologi melalui kerjasama dengan
perusahaan Eropa, dalam mendukung rencana perusahaan untuk memproduksi gulungan
canai panas (Hot Rolled Coils/HRC) tanpa emisi karbon pada 2027 nanti.
”Bukan main, ini bagus dan seharusnya ditiru. Industri
memang seharusnya seperti itu. Apalagi perusahaan tersebut sudah menerapkan
ekonomi sirkular. Itu bagus sekali,” kata Hadi melalui telepon hari ini.
Hadi juga mengapresiasi upaya GRP yang konsisten melakukan penghijauan
di area pabrik. Seperti dikutip dari data laporan keberlanjutan perusahaan,
hingga akhir 2023, GRP telah menanam lebih dari 9.000 pohon dari 78 varietas.
Upaya tersebut, menurutnya, bisa menjaga kualitas udara dan menciptakan
lingkungan sehat. Tidak hanya bagi karyawan, tetapi juga masyarakat sekitar.
”Memang seharusnya begitu. Karena pada dasarnya industri
baja menghasilkan cemaran. Terutama CO2, emisi karbon, atau kita sebut dengan
gas rumah kaca. Makanya kalau tidak ada treatment apa-apa, pasti mengganggu
lingkungan,’ imbuhnya.
Hadi menguraikan, proses fotosintesis pohon-pohon besar di area pabrik GRP akan menyerap CO2, sehingga mengurangi emisi karbon. Pengurangan emisi karbon tersebut, imbuh Hadi, juga tergantung luasan dan jenis pohonnya.
”Semakin banyak ruang terbuka hijau, semakin besar pepohonan, pasti
emisi karbonnya akan berkurang. Apalagi kalau yang ditanama jenis fast growing,
yang tumbuh dengan cepat. Pohon seperti ini mengindikasikan bahwa penyerapan
CO2-nya bagus,” jelas Hadi.
Tidak hanya pohon-pohon besar. Hadi juga menyebut, keberadaan berbagai sarana olah raga yang dibangun oleh perusahan dalam lingkungan kantor, dapat berpengaruh positif.
”Itu bagus sekali. Apalagi
misalnya ada tempat olahraga outdoor, atau taman-taman. Bisa menjadi rekreasi
buat karyawan. Dengan demikian, karyawan juga sehat, baik fisik maupun jiwa,”
imbuhnya.
Begitu juga terkait panel surya atap yang telah terpasang di area operasi perusahaan, Hadi sangat mendukung. Seperti dikutip dari laman The Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA), GRP telah mengoperasikan salah satu rooftop solar panel terbesar di Jawa Barat dengan total kapasitas 9,3 MWp. Inisiatif ini diharapkan dapat mengurangi 47.400 ton CO2 per tahun.
”Bagus sekali menggunakan energi terbarukan seperti itu. Ini kan
energi bersih,” kata dia.
Di sisi lain, Hadi sependapat dengan komitmen perusahaan
untuk membantu meningkatkan taraf hidup, termasuk kesejahteraan dan kesehatan
masyarakat di sekitar pabrik. Termasuk perbaikan jalan yang dinilai
meningkatkan roda ekonomi dan pemberantasan sarang nyamuk penyebab Demam
Berdarah. Bahkan, keberadaan perusahaan yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja
di sekitar, juga dinilai berperan dalam meningkatkan kesejahteraan dan
menggerakkan roda ekonomi masyarakat.
”Tentu positif . Artinya, perusahaan tidak seperti ’menara
gading’. Karena perusahaan berlokasi di Cikarang, maka masyarakat itu yang
diutamakan,” tutup Hadi.
Terpisah, pengamat Ekonomi Sumber Daya Lingkungan IPB
University, Sri Mulatsih, juga sependapat. Sri menilai positif komitmen GRP
terhadap lingkungan dan keberlanjutan. Termasuk peluncuran buku panduan untuk
ESG (ESG Strategy Handbook) pada 2022. Sri juga sependapat dengan penggunaan
dan pemasangan panel surya atap, dan penggunaan scrap dalam mendukung ekonomi
sirkular yang diterapkan perusahaan.
Melalui berbagai upaya tersebut, jelas Sri, GRP bisa dikategorikan
sebagai green industry. Bahkan, Sri juga sependapat bahwa GRP bisa menjadi
benchmark bagi industri lain.
”Ya, saya setuju dengan berbagai upaya yang dilakukan.
Karena berarti dia sudah turut memperbaiki lingkungan,” jelas Sri.
Dalam jangka panjang, upaya perusahaan dinilai bisa
menjadikan nilai tambah dan meningkatkan daya saing. Apalagi, dalam proses
produksi, GRP juga menerapkan konsep ekonomi sirkular.
”Kalau dari sisi efisiensi, ekonomi sirkular memang bisa
meningkatkan efisiensi, karena bisa mendaur ulang (melalui scrap). Begitu juga
dari sisi investor, karena sekarang kecenderungannya adalah pada produk-produk
yang ramah lingkungan,” jelas Sri.
Alfiyan